Thursday, June 9, 2011

Pulau Komodo...suatu saat " Aku Pasti Kembali"

Dua bulan terakhir ini benar-benar banyak hari libur, lima hari istirahat di rumah sakit, tiga minggu istirahat dirumah, banyak tanggal merah terjepit di hari kerja dan cuti bersama. Tapi, rasanya waktu menjadi tidak efektif, karena tidak terlalu banyak kegiatan yang dilakukan, lebih banyak berdiam di rumah. Ingin rasanya kembali ke masa itu, saat saya baru memasuki bangku kuliah dan mengikuti salah satu organisasi perkumpulan mahasiswa pecinta alam di kampus tercinta yaitu LAWALATA IPB. Kami melakukan ekspedisi Studi Lapang Akhir yang sangat berkesan bersama teman-teman yang solid dan  penuh kekeluargaan ke Taman Nasional Komodo NTT (13 Juli-02 Agustus 2003). Ya, tepatnya delapan tahun yang lalu. Hingga saat ini pun silahturahmi kami tetap terjalin dengan baik dan pernah terucap untuk menjadikan tempat ekspedisi kami ini sebagai tempat “honey moon” bersama-sama. 

“Hmm..kapan ya saya bisa kesana lagi?? Saya pernah berniat suatu saat saya pasti akan kembali ”

“Pulau Komodo We are Coming”

Bogor (Sabtu, 12 Juli 2003)


Pagi itu pukul 07.00 WIB Saya dan anggota MPCA LAWALATA IPB berkumpul didepan sekretariat yang bertempat di gedung PKM IPB Darmaga, melakukan olahraga lari-lari kecil selama 15 menit untuk merenggangkan otot-otot yang tegang bercampur gembira untuk memulai perjalanan terjauh kami saat itu. Seperti biasanya sebelum berangkat jauh yang membawa nama almamater, kami melakukan upacara pelepasan keberangkatan kami oleh Alm Bpk.Dr.Ir. Djoko Purwanto yang mana pada saat itu merupakan Pembina kegiatan organisasi kami. Dan juga mengundang Rektor yang saat itu diwakilkan oleh Bapak Heri selaku pembantu rektor II IPB. Dari mereka kami banyak mendapat pengarahan mengenai Taman Nasional Komodo serta nasehat-nasehat kepada kami. 
Pukul 11.00 WIB, kami berangkat menuju stasiun Bogor. Kami menggunakan kereta ekonomi untuk menuju stasiun cikini. Dilanjutkan dengan mengguankan metromini menuju stasiun pasar senen. Setelah  tiba di stasiun senen dan cukup beristirahat, tepatnya pukul 17.20 WIB kami pun melanjutkan perjalanan menggunakan kereta kertajaya menuju Surabaya.  Perjalanan yang akan ditempuh kira-kira 16 jam.

“dalam hati bergumam, ini kereta apa ya penuh begini, yang berjualan mondar mandir tiada henti, belum lagi yang ngamen, duduk berhimpitan dengan tas carir dan barang-barang bawaan kami, berapa lama harus seperti ini, bisa-bisa tidak bisa tidur, maklum ini untuk pertama kalinya saya menggunakan kereta untuk perjalanan jauh”

Besok pagi kami akan tiba di Surabaya, tidak banyak yang bisa terlihat dalam perjalanan ini, karena gelap dan jalur kereta ini hanya melewati kampung-kampung dan sawah-sawah, mungkin akan berbeda jika kami menggunakan bus malam, melihat terang benderangnya kota-kota yang akan dilewati di sepanjang jalan menuju Surabaya. Beberapa teman-teman telah tertidur pulas, ada yang mengobrol dan saya sedang asyik mencoret-coret catatan kecil yang akan menemani perjalanan ini.

Surabaya (Minggu, 13 Juli 2003)
Tiba di Surabaya pukul 09.00 WIB, tepatnya di stasiun pasar turi. Memeriksa perlengkapan dan barang-barang. Disini pun kami mempersiapkan perbekalan tambahan seperti air mineral dan makan ringan untuk di perjalanan. Setelah semuanya beres kami pun beristirahat dan berjalan-jalan disekitarnya yang tidak jauh dari stasiun. Secara bergantian karena barang-barang kami banyak, jadi harus ada yang menjaganya.

Saya pun tidak mau ketinggalan, mumpung sedang di Surabaya, saya dengan kedua teman saya berang-berang dan Chentut menuju pasar turi plaza. Mereka berdua membeli celana lapang dan saya hanya mendapat boneka anjing kecil berwarna orange. Lucu sekali bonekanya, ada beberapa pilihan seperti kelinci, kucing dan marmut, tapi karena saya sangan menyukai warna orange, pilihan tertuju pada anjing yang menggunakan baterai ini, jika ditekan tombol on, anjing tersebut akan loncat-loncat dan berjalan sambik menggonggong. Ya….cukup aneh, sudah umur 21 tahun saat itu saya masih suka bermain boneka.

Pukul 14.00 WIB kami menaiki bus menuju Pelabuhan Tanjung Perak kurang kebih satu jam perjalanan.
“ ternyata tidak hanya ada dalam sebuah lagu, ternyata ini toh pelabuhan tanjung perak itu”.

Astaga, kapal yang akan kami naiki baru datang besok pagi, itu artinya kami harus bermalam di pelabuhan ini. Malampun tiba, kami mengadakan briefing sejenak dan sedikit simulasi peta tujuan. Kami berbaris tidur di pelataran teras pelabuhan.  Entah mengapa tiba-tiba suhu tubuh saya hangat, mungkin karena semalaman dikereta tidak bisa tidur. Malam itu dingin sekali, jaket, selimut dan sleeping bag pun tak mampu menghangatkan.

Saat itu yang teringat adalah keluarga, tapi untungnya ketua MPCA saya berang-berang dengan baiknya menjaga dan merawat saya yang sedang meriang malam itu. Sedikit terobati, padahal selama kurang lebih setengah tahun kenal, saya tau dia orang yang sangat pendiam, baru tau “ooo ini sosok yang selama ini merupakan ketua MPCA kami semua, saya sepertinya kok baru mengenalnya dekat malam itu”.

Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, 14 Juli 2003
Pagi tiba, besyukur badan rasanya sudah enakan dan bugar kembali. Sang ketua kegiatan Studi Lapang akhir si Ableh dan bendahara si olive bergegas untuk membeli tiket kapal. Kebetulan kami mendapat setengah harga karena perusahaan kapal tersebut merupakan sponsor kegiatan kami. Ternyata kapal baru tiba sore. Tidak ada kegiatan apapun, sambil menunggu sore, kami hanya kongkow-kongkow dan mengobrol saja satu sama lainnya.

Tepat pukul 17.00 WIB kapal pun tiba, lega rasanya setelah seharian hanya berada di pelabuhan. Sebelum masuk ke kapal, sangat ramai portir yang ingin membantu, tentunya dengan ongkos jasa. Untungnya ada Bapak M. Mulyono seorang polisi penjaga disana, akhirnya sebelum memasuki kapal, kami berfoto bersama bapak Mulyono tersebut. Kapal baru mulai berlayar pukul 20.05 WIB.

Sedikit info yang terbaca saat itu:
Pusat Informasi Kapal Penumpang :(021) 79180606
Jadwal makan di kapal :
Pagi          : 06.30-07.30 WITA
Siang         : 11.30-13.30 WITA
Malam       : 17.30-19.00 WITA


Kapal K.M Willis, 15 Juli 2003
Semua kegiatan dilakukan di kapal, dari mandi, beribadah, makan,tidur, duduknya pun di tempat tidur, tempat duduk hanya saya temui di luar ruangan, tepatnya di atas kapal. Hampir semua teman-teman saya mual-mual dan muntah akibat goncangan dan gerakan kapal. Saya dan dua orang teman lainnya tidak mengalami hal tersebut. Untuk saya pribadi, mungkin karena saya telah terbiasa naik kapal jika pulang kampung.

“Hmm..sungguh indah pemandangan di luar sana, tapi tak seindah perutku yang enggan memasukkan sesuap nasi pun dari kemarin sore yang telah diberikan oleh pihak kapal sebagai salah satu fasilitas kapal ini. Saya hanya mampu memakan snack, susu dan mie instan yang dikemas dalam gelas.”

Bima, 16 Juli 2003
Tiba di pelabuhan Bima pukul 05.05 WITA, melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus 3/4 menuju pelabuhan Sape. Perjalanan yang akan ditempuh kira-kira 2,5 jam dengan ongkos rp.15.000/orang . Belum habis rasa mual selama di kapal, kami pun melewati jalan-jalan yang berkelok-kelok dan tikungan tajam. Dengan gesitnya pak sopir yang telah terbiasa membawa bus tersebut melaju kencang yang membuat rasa pusing di kepala ini.

Selama perjalanan, kami melihat kera-kera liar di hutan di pinggir jalanan menuju Sape. Saya pun sempat mengobrol dengan penumpang lainnya, dan bertanya mengenai tempat yang akan kami tuju. Beberapa bahasa Sape dan mitos yang saya dapat dari penumpang tersebut:
Bahasa Sape: Laki-laki = atarona/nana                              Perempuan = Inewai/enu/molas
                    Makan    =  moehang                                   Siang = Leso         Malam = Maneh

Mitos-mitos jika berada di Pulau Komodo:
Tidak boleh menggunakan baju merah, jangan takabur, tidak boleh mengatakan kata-kata “Monyet”, Jika disuguhin makanan dan minuman harus dimakan dan diminum, jangan membuang air ludah sembarangan dan menunjuk “itu apa??” dan bagi perempuan yang sedang datang bulan harus lebih berhati-hati karena komodo peka terhadap bau amis.

Sampai pelabuhan Sape, kami segera membeli tiket kapal very untuk menuju Pelabuhan Bajo, NTT. Perjalanan akan ditempuh kira-kira 8 jam. Kapal very yang kami naiki banyak dipenuhi oleh penumpang yang membawa sayuran dan ikan, hingga bau ikan rasanya menjadi pengharum ruangan kapal yang kami tumpangi tersebut. Sepertinya semua itu akan dibawa dan dijual di Bajo.

Dari labuhan bajo, kami berjalan kaki menuju kantor TNC (the Nature Conservacy), tidak jauh kira-kira 150m. TNC akan membantu kami selama di sini. Kami beristirahat di kantor TNC dan akan menginap, sampai menunggu esok hari memulai ekspedisi kami. Malamnya kami menonton film documenter milik TNC mengenai taman nasional komodo, setelah itu ngobrol-ngobrol dan berdiskusi dengan mas.Hyrman yang bekerja di TNC dan berkecimpung di bidang perikanan mengenai budidaya karang dan kerapu.

Ternyata disini tidak ada sinyal telepon genggam sama sekali. Kecuali jika ada satelit. Karena besok akan memulai ekspedisi, saya keluar untuk mencari wartel untuk menelepon ke rumah untuk memberi kabar kepada kedua orang tua saya. Selain kangen dengan orang tua, sayapun tidak ingin membuat mereka khawatir akan saya selama berada disini.

Labuan Bajo, Kamis 17 Juli 2003
Bangun tidur, sholat, mandi, packing, menitip barang di kantor TNC. Bergegas menuju kantor Balai Taman Nasional Komodo untuk mengurus perizinan yang letaknya kira-kira 1km. Kami bersama-sama berjalan kaki menuju kesana. Alhamdulillah kami disambut dengan baik oleh pihak balai TNK.

Setelah itu, kami kembali menuju kantor TNC untuk mengambil barang-barang  dan membagi logistic menjadi 3 bagian. Kamipun dibagi menjadi empat tim. Tim pertama yaitu tim Lawalata dan Sandiego, terdiri dari 6 orang termasuk dengan kakak pendamping, mereka akan menginventarisasi komodo di Loho Baru dan pulau sabita. Tim kedua yaitu tim Lawalata Sosek, terdiri dari saya dan 4 orang teman lainnya. Kami akan menuju Kampung Komodo yang akan mengkaji mengenai Sosial ekonomi masyarakat kampung komodo. Tim ketiga adalah tim inventarisasi  Pulau Komodo, terdiri dari 5 orang termasuk dengan kakak pendamping. Mereka akan menuju Loho Liang. Tim ke empat merupakan tim pulau Rinca, tim ini akan menyusul dan berangkat dari bogor 16 juli 2003 kemarin. Tim ini terdiri dari 4 orang yang juga akan menginventarisasi komodo di Pulau Rinca.

Kami berangkat menuju pilemun KPN Komodo, mengangkut barang-barang untuk dimasukkan kekapal tim satu Lawalata dan Sandiego Zoological Society dan juga memasukkan barang-barang tim saya dan tim 3. Kami berpisah beberapa hari dan akan bertemu lagi pada akhir ekspedisi.

Kebetulan Loho Liang dan kampung komodo berdekatan, jadi kami berbarengan menuju tempat masing-masing. Perjalanan yang akan ditempuh dengan menggunakan speedboat kurang lebih 5 jam. Kami melewati pulau papagaran. Ombak begitu kencang, Air pun sedikit demi sedikit membasahi baju yang kami kenakan.  Speedboat yang kami naiki sempat berhenti beberapa kali, cuaca sedang kurang bersahabat, hanya doa yang saya panjatkan sepanjang jalan.

Akhirnya kami pun tiba di Loho Liang Pulau Komodo. Mampir di pos TNK, saling berkenalan satu sama lain dan mengurus perizinan di TNK. Hari mulai gelap, tim saya tidak mungkin untuk melanjutkan perjalanan menuju kampung komodo yang hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama 2 jam. Kami pun menginap di penginapan yang disediakan yang merupakan fasilitas yang dimiliki oleh balai TNK.

Setelah beristirahat, kami keluar dari pondok menuju pendopo milik balai, disana terdapat koperasi yang berjualan kerajinan kayu yang berbentuk komodo, baju, gantungan kunci dan souvenir lainnya. Ini khususnya diperuntukkan bagi wisatawan yang berkunjung di pulau komodo ini.

Lelah dan sangat mengantuk, saya kembali ke pondok, oowww tiba-tiba langkah saya terhenti oleh adanya dua ekor babi liar yang sedang melintas dan diam dijalanan menuju pondok, saya sangat takut sekali.
“ayo jalan aja, ga usah takut, jalannya zig zag - zig zag biar ga dikejar, karena babi itu jalannya lurus, ujar beberapa teman”.

Tapi saya tetap takut dan memilih berdiam di pendopo sampai babi tersebut pergi, lalu kembali ke pondok untuk segera masuk kamar dan beristirahat, sembari tak tenang karena takut ada hewan yang menaiki pondok tempat kami tinggal yang ternyata semua hewan disini hidup bebas dan liar di sekitar kawasan TNK.

Loho Liang, Pulau Komodo, Jumat 18 Juli 2003
Kesiangan, sepi sekali disini, dua orang teman perempuanku masih tertidur pulas. Ternyata hari ini jumat, anak laki-laki sedang menuju masjid untuk sholat jumat. Mereka berangkat lebih awal karena tempatnya jauh. Hanya diam di pondok dan belajar menggunakan kamera SLR, mengambil beberapa gambar di sekitar dari atas pondok.


Suara apa ini, berisik sekali terasa dibawah pondok . Saya pun melihat ke bawah, sempat gemetar, ternyata lagi-lagi babi, sempat saya ambil gambar dua babi liar itu dan kemudian bergegas memasuki kamar dan mengurung diri sampai teman-teman  pulang ke pondok.



Setelah berkumpul kembali bersama teman-teman, tim saya pun bersiap-siap untuk pergi menuju kampung komodo. Tepat pukul 16.15 WITA kami meninggalkan teman-teman kami di loho liang, kami didampingi oleh Pak Fajaruddin dari TNC dan kak udin sebagai leader penunjuk jalan menuju kampung komodo. Kami akan berjalan kaki menuju kampung komodo.

Sungguh asyik  perjalanan ini, menyusuri pantai dan pemandangan yang indah, rasa lelah  pun tak terasa. Pukul 17.30 WITA kami tiba di kampung komodo. Pak Fajaruddin yang kerap disapa Pak Fajar mengajak kami mampir kerumah salah satu penduduk untuk beristirahat sejenak. Disuguhi teh manis dan pisang goreng, nikmat sekali, teringat obrolan saya dengan penumpang di kapal menuju sape, jangan menolak jika disuguhi makanan atau minuman “walah kalau begini saya tidak akan menolak, enak banget soalnya, entah saat itu memang lagi lapar, saya bergumam dalam hati sambil tersenyum manis”.


Saatnya menuju posko milik balai TNK, tepatnya pukul 18.55 WITA, ada dua buah posko yang letaknya berdampingan dan berada di tengah-tengah perkampungan. Didepan posko langsung menghadap pantai dan kapal-kapal nelayan yang berbaris rapi. Dan disebelah posko adalah sebuah langgar tempat beribadah.


Kami akan menempati dan menginap di salah satu posko pertama selama melakukan ekspedisi ini, dimana mempunyai dua kamar yang kami atur untuk satu kamar laki-laki (2 orang yaitu berang-berang dan geol) dan satu kamar untuk kami anak perempuan (icus, lemot dan cacing) dan satu kamar mandi untuk bersama. Sedangkan di posko kedua ditempati oleh seorang jagawana dari balai TNK yaitu Pak Yakin.

Pak Dacosta, seorang Jagawana Kampung Komodo asal Timor-timor, telah menyambut didepan posko tersebut dengan menenteng seekor ayam kampung,“ Ini untuk makan malam kita, kata pak Dacosta”.
Kami anak perempuan saling memandang, karena tak satupun diantara kami yang pandai memasak dan ini ayam hidup lho, bingung sekali saat itu, dan ini merupakan salah satu cerita terlucu yang saya ceritakan kepada orang tua saya saat sekembali dari ekspedisi.

Geol, Cacing dan berang-berang bersama dengan Pak Yakin pergi kerumah bapak kepala desa dan sekretaris desa untuk meminta izin melakukan ekspedisi di kampung komodo. Dan akhirnya Saya dan Lemot dibantu dengan kak Udin dan Pak dacosta untuk memasak.
Untungnya, walaupun saya tidak pandai memasak, setidaknya saya sering membantu ibu memasak di dapur, jadi sedikit tau apa yang harus dilakukan dengan si ayam kampung hidup itu. Tidak hanya itu, kami juga membawa perbekalan instan yang kami bawa dari Bogor untuk tambahan makanan selama di kampung komodo.

Semua sudah berkumpul di posko, makanan pun telah siap dihidangkan, hasil masakannya lumayan, karena kami sangat lapar, kami pun lahap sekali memakannya.
Saatnya beristirahat, masih banyak yang harus dikerjakan esok hari dan hari-hari selanjutnya di kampung komodo ini.
“Semoga besok merupakan awal yang baik untuk memulai ekspedisi sosial ekonomi masyarakat dikampung komodo ini, aminnn…doaku sebelum tidur”

Bersambung……………………



1 comment:

Vidy said...

waahh... sambungan cerita petualangannya belum ada juga yaa.. ditunggu yaah.. seru banget!!